Kamis, 24 Januari 2008

"..."







a
ku tak pernah ingin menyerah
tapi masihkah berarti kalau kalah?
aku tahu saat untuk pasrah
meski jauh di dalam tanah.


Aku tak tau, tahun berapa puisi itu dibuat dan oleh siapa-aku telah melupakannya. semua tersimpan di rak bersama abu. tapi siapa yang peduli? siapa yang masih 'ambil pusing' dengan puisi di tengah kemelut hidup yang terus berlari ini? Afrizal Malna membahasakannya dengan Abad yang Berlari. Sedang kita masih terus saja merangkak. Menyusuri jalan yang tiap hari kita lalui tanpa bosan, tanpa sadar.

2 komentar:

Gati Winarsih binti Sj mengatakan...

kok gak posting lagi kang? Blognya juga sepi gitu, mending jalin silaturahmi yuk ma aku. Kunjungi aku di www.winars.wordpress.com
Pakai wordpress kayaknya lebih bagus tampilanya, coba deh kalau mo terus ngeblog, di www.wordpress.com,,, ok lah kalau silaturahmi ke bumiku jangan lupa bawa oleh-oleh...wasalam!

fuad faramir mengatakan...

salam... om... kata2nya sesuai dengan foto yang bercerita....

mungkin disatu sisi kita adalah orang2 yang baik tapi kita tidak merasa yang terbaik....

salam...